Pages

Titik Teredah dan Titik Tertinggi (Reposted from old blog)

Beberapa
orang pernah aku tanyain ttg saat2 yang paling bikin mereka drop ‘n
cape banget,,, Ada yang bilang saat mereka ga lulus ujian,,, Ada
yang bilang saat putus dari pacar,,, Ada yang bilang saat sahabat
berkhianat,,, Ada yang bilang saat bokap selingkuh,,, Ada yang
bilang saat kerjaan yang dikerjakan sepenuh hati tidak dihargai
orang,,,



Macem-macem,,,



Suatu
saat, kira2 setengah tahun yg lalu, aku ngobrol sama sahabatku,,,
Biasa, curhat,,, Bla…bla…bla… (deep sigh…) bla… bla…
bla… (glek!) bla.. bla… bla… (sluurpp!!!–> nyedot ludah yg
dah mleber kemana2… hehe…)… Sampe tiba2 dia nanya, disaat aku
dah cape crita yg kaga putus2nya,“Mau lu apa, nop?”



Nah
loh, ditanya gitu aku langsung ngejawab dengan spontan,”Aku mau dia
*****, aku mau dia *****, aku mau keadaannya *****.”



Aku
pikir hal itulah yang bakal ngebahagiain aku saat itu. Dan….
Percaya ‘ga percaya, smua permintaanku itu terpenuhi kira-kira 3
bulan kemudian. Tepat,,, persis,,, sama dengan hal yg aku ucapin,,,
Tapi kok,,, aku ga bahagia???



….



Tiba2
aku keinget kejadian 7 tahun lalu, saat ada masalah kluwarga yang
bikin aku sedih bgt… Waktu itu hubungan sama Tuhan masih biasa
aja… Belum kenal2 banget… Tapi yg aku tau pasti, ga ada 1 orang
di dunia pun yg bisa nylamatin aku dari kondisi ini. Harus Yang MAHA
Kuasa…



Dalam
keadaan hancur, aku masuk kamar. I couldn’t say a word,,, I
cried,,, Cried,,, Waktu dah cape nangis, suatu tuntutan untuk Tuhan
aku kluarin, “Bukankah Kau mati di kayu salib untuk menanggung smua
dosa, sengsara dan bebanku?? Skarang aku mau letakkan smua beban di
kaki salibMu. Aku menyerah, Tuhan… Aku ga bisa… Ga ada yang
bisa…”



Aku
hapus air mata dan air-air yang lain =) Keluar dari kamar dan ….
tiba2 aku hanya “tau” bahwa masalahku sudah selesai…. LEGAAAA
Bangged…!! Yang terlihat oleh mata sih, masalah belum selesai sama
sekali. Physically, It was no change at aLL. Yang berubah hanya
satu. Hatiku dipenuhi oleh janji Allah… Sudah beres… Bahagiaaaa
bangett….



Beda
banget sama waktu keinginanku terpenuhi. Aku seneng karna
permintaanku terpenuhi. Tapi hatiku ga bahagia…



Aku
mengerti skarang,,,



Titik
terendah manusia bukanlah saat dia menghadapi masalah yang berat,,,

Titik
terendah manusia adalah saat hatinya tidak dipenuhi oleh sukacita
yang sejati, yaitu Allah.



Titik
tertinggi manusia bukanlah ketika smua keinginannya terpenuhi,,,

Titik
tertinggi manusia adalah saat dia berjalan bersama Allah,,,

Penuh di dalam Dia

Baru-baru ini aku membaca Kitab Samuel tentang kehidupan Daud.

Sebenarnya ini bukan kali pertama aku membacanya. Mungkin sudah puluhan kali. Ya, sungguh, puluhan kali. Tetapi setiap kali membacanya, aku merasa seolah-olah hal ini sulit terjadi di jaman ini. Sulit, tapi bukan berarti mustahil.

Yang kuceritakan di sini adalah pandangan Daud ketika menghadapi raksasa Goliat, yang berbeda dari orang sebangsanya. Bisakah Anda membayangkannya? Pandangannya tidak hanya berbeda dengan satu, dua orang saja. Atau kalau saya bisa melebihkannya sedikit, pandangannya tidak hanya berbeda dengan sekelompok orang saja, tapi berbeda dengan seluruh masyarakat Israel yang hidup di masa itu. Berbeda dengan teman-teman seprofesi, yaitu para penggembala domba. Berbeda dengan saudara-saudaranya. Berbeda dengan tetangganya. Berbeda dengan ayahnya, Isai. Berbeda dengan para tentara pilihan Israel. Bahkan, berbeda dengan pandangan Raja Saul, yang notabene, sudah pernah mengalami kemenangan-kemenangan ajaib dalam peperangan.

Pada saat menghadapi Goliat, tentara Israel gemetar. Gentar, karena Goliat menantang mereka bukan untuk berperang antar bangsa. Namun,

man to man, satu lawan satu...

Di situasi inilah terjadi suatu eliminasi besar-besaran, siapakah sesungguhnya yang mengandalkan Tuhan sepenuhnya dan siapa yang hanya (tanpa sadar) terbawa semangat kelompok. Dan ironisnya, pada saat itu yang akhirnya muncul adalah bukan salah satu tentara Israel, bukan kepala pasukan, bukan orang gagah perkasa pilihan Saul, melainkan.. Daud, seorang gembala dari dua tiga domba, yang bahkan bukan gembala sekawanan domba. Terlebih lagi, dia memberi diri bukan dengan semangat kepahlawanan.

Semangat pahlawan adalah semangat yang rela mati demi bangsa. Tapi bukan itu yang ada dalam pikiran Daud. Bukan. Dia maju karena dia tidak bisa terima ada orang yang menghina bangsa yang Tuhan berkati. Karena itu dia geram dan mendatangi Goliat dengan tujuan mengalahkan Goliat dan memenggal kepalanya. Anda lihat, dia datang bukan dengan tujuan rela mati demi bangsa. Hey! Bahkan dia tidak rela mati di tangan Goliat. Daud yakin, kalau dia tidak akan kalah karena melawan Goliat.

Ketika aku merenungkan hal ini, aku benar-benar tercengang dengan kepercayaan diri Daud. Ya, dia mengenal dengan siapa dia berjalan. Seolah-olah tidak ada setitik pun ketidakpercayaan kalau dia melawan Goliat, dia akan kalah.

Aku tahu, mengapa Daud bisa punya iman sekokoh ini...

Daud penuh di dalam Tuhan..

Penuh..



Penuh..



Fully persuaded..


That he is in His Mighty Hand..


That he will never be defeated..


David fully knows his God.

Doa Habakuk

Ketika aku mendengarnya,
gemetarlah hatiku,
mendengar bunyinya,
menggigillah bibirku;
tulang-tulangku seakan-akan
kemasukan sengal,
dan aku gemetar di tempat aku berdiri;

namun dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan,
yang akan mendatangi bangsa
yang bergerombolan menyerang kami.

Sekalipun pohon ara tidak berbunga,
pohon anggur tidak berbuah,
hasil pohon zaitun mengecewakan,
sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan,
kambing domba terhalau dari kurungan,
dan tidak ada lembu sapi dalam kandang,

NAMUN aku akan besorak-sorak di dalam TUHAN,
beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.

ALLAH Tuhanku itu kekuatanku:
Ia membuat kakiku seperti kaki rusa,
Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.


-Habakuk-

Jati Diri


Kemarin aku dan suami berbicara sampai larut malam. Sebenarnya pembicaraan yang sederhana awalnya. Tentang kegiatan sehari saja. Tentang pekerjaan kami sebagai guru dan tentang murid-murid remaja yang kami hadapi.

Pembicaraan tersebut semakin dalam karena aku tidak berhenti bertanya pada suamiku atas kegusarannya pada karakter anak remaja yang mudah terombang-ambing. Tidak hanya itu, suamiku mengungkapkan bahwa tidak hanya anak remaja yang mudah terombang-ambing, orang yang sudah tidak remaja lagi pun dapat terombang-ambing. Contoh sehari-hari dia paparkan untuk meyakinkan pernyataannya tersebut.

Aku mendengarkan suamiku berbicara panjang lebar dan kemudian seolah perhatianku terhenti pada pernyataannya yang menyentak, yaitu “Setiap orang akan menemui masa pencarian jati diri dan dia harus menemukannya.”

Ada jeda dalam pembicaraan kami dimana pada saat itu aku mulai menyelami sejauh mana aku sendiri menemukan jati diri. Terus terang, walaupun aku sering mendengar istilah “jati-diri”, namun aku tidak pernah menggunakannya dalam kata-kataku. Bahkan sesungguhnya baru pada saat itu aku menyadari kalau aku tidak tahu apa definisi “jati-diri”.

Suamiku menjabarkan, mengapa disebut sebagai “jati” diri. Jati, dalam frasa “jati diri”, memang diambil dari asal kata tumbuhan jati. Tumbuhan ini mempunyai beberapa sifat istimewa yang membuat setiap orang mempunyai filosofinya masing-masing jika mengamati pertumbuhannya.

Jati adalah tumbuhan yang banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari akar sampai daun mempunyai manfaat masing-masing. Aku tidak perlu terlalu banyak menjelaskan detailnya karena tidak semua manfaat pohon jati dapat diambil filosofinya. Aku tidak ingin menggeser fokus yang akan kubahas.

Keistimewaan jati sehingga tumbuhan ini dipilih untuk menjadi suatu frasa “jati-diri” adalah karena kekuatannya, keawetannya dan kemudahannya untuk dibentuk. Kekuatan dan keawetan jati memiliki kualitas nomor satu. Sedangkan kemudahannya untuk dibentuk , membuat pohon jati menjadi pilihan untuk orang-orang yang menyukai nilai estetika.

Kekuatan pohon jati sudah tidak dapat disangkal lagi. Semakin tua jati, kekuatannya semakin baik. Namun, selain karena umurnya yang tua, kekuatan istimewa juga terlihat pada saat pohon jati terbakar. Untuk kebakaran yang tidak terlalu besar, di saat tumbuhan-tumbuhan lain mati, pohon jati justru mengalami proses yang disebut sebagai “pemurnian tegakan jati”. Ketika api padam dan pohon-pohon lain mati, pohon jati menjadi tumbuhan pionir. Sifat inilah salah satunya yang melahirkan filosofi “jati-diri”.

Sifat atau karakter seseorang terlihat ketika masa sukar terjadi. Api merupakan unsur yang kuat untuk mengeluarkan karakter seseorang dari persembunyian. Temperatur yang tinggi memaksa setiap individu untuk menentukan keputusan. Pada saat inilah akan terlihat jelas mana orang yang sudah menemukan jati diri dan mana yang belum.

Keistimewaan kedua dari pohon jati adalah karena keawetannya. Jati tidak mudah berubah karena perubahan cuaca. Pada bagian kulit jati terkandung minyak yang menjaga keawetannya, sekaligus membuat jati terlihat mengkilap dan indah.
Keawetan berbicara tentang konsistensi. Orang yang sudah menemukan jati diri yang sesungguhnya adalah orang-orang yang konsisten.

Konsistensi mengalir karena adanya pegangan hidup dan nilai-nilai yang dianut. Sadar atau tidak, orang yang sudah menemukan jati-diri akan melakukan segala sesuatu dengan konsisten. Orang di luar Anda tidak dapat menghakimi Anda, apakah Anda adalah orang yang konsisten atau tidak. Penentu konsistensi Anda adalah waktu.
Jika pada satu waktu Anda bereaksi A dan pada waktu yang lain, untuk kondisi yang sama, Anda bereaksi B, tidak berarti Anda adalah pribadi yang tidak konsisten. Mungkin saja apabila Anda tetap bereaksi A, Anda menjadi pribadi yang tidak konsisten. Reaksi adalah output dari konsistensi. Itulah sebabnya, saya katakan bahwa orang di luar Anda tidak dapat menilai Anda sebagai pribadi yang konsisten atau tidak karena mereka biasanya melihat reaksi Anda.

Keistimewaan ketiga dari pohon jati adalah kemudahannya untuk dibentuk. Orang yang sudah menemukan jati diri adalah pribadi yang mudah untuk dibentuk. Nilai-nilai yang dipegangnya menjadikan dia pribadi yang mau diubah. Dia mengetahui mana yang benar dan bersedia melakukan nilai yang menjadi pegangannya tersebut. Tidak berarti semua yang dilakukannya selalu tepat seperti nilai yang dianutnya. Namun kerendahan hati membuatnya semakin sesuai dan selaras dengan nilai yang dianutnya.
Keistimewaan keempat dari pohon jati adalah keselarasan dari ketiga sifat di atas. Kuat, namun mudah dibentuk. Mudah diolah, namun awet.

Indah, jika kita menjadi pribadi seperti sifat pohon jati. Memiliki karakter kuat, namun mau untuk berubah sesuai dengan nilai-nilai yang dipegangnya. Lembut, namun konsisten. Mempunyai prinsip, namun tidak keras kepala.

Jadi, apakah kamu orang yang sudah punya jati diri?